Dengan kondisi persaingan yang semakin
tinggi antar rumah sakit, setiap rumah sakit saling berpacu untuk memperluas
pasarnya. Harapan adanya perluasan pasar secara langsung adalah meningkatnya
penjualan sehingga rumah sakit akan memiliki lebih banyak konsumen (pasien).
Namun, rumah sakit selaku produsen haruslah memahami bahwa semakin banyak
konsumen maka rumah sakit akan semakin sulit memahami konsumennya secara
teliti, terutama tentang suka atau tidaknya konsumen terhadap barang dan jasa
yang ditawarkan beserta alasan-alasan yang mendasarinya.
Rumah sakit yang mampu bersaing dalam
pasar adalah rumah sakit yang mampu menyediakan produk atau jasa berkualitas.
Oleh karena itu, rumah sakit dituntut untuk terus melakukan perbaikan terutama
pada kualitas pelayanannya. Hal ini dimaksudkan agar seluruh barang atau jasa
yang ditawarkan akan mendapat tempat yang baik di mata masyarakat selaku
konsumen dan calon konsumen.
Mutu adalah faktor yang mendasar dari
pelanggan. Mutu adalah penentuan pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar
atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan
terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan
atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik atau subyektif sama
sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang
kompetitif (Wiyono, 1999).
Berikut
ini definisi-definisi mutu: Juran menyebutkan bahwa mutu produk adalah
kecocokan penggunaan produk untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan;
Crosby mendefinisikan mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan yang disyaratkan atau
distandarkan; Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan
kebutuhan pasar; Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan
sepenuhnya; Garvin dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas,
serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Mengukur mutu pelayanan kesehatan dimaksudkan
untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Dapatkah mutu jasa pelayanan kesehatan diukur ?
2. Apanya yang diukur ?
3. Bagaimana mutu jasa pelayanan diukur ?
Untuk dapat memahami hal tersebut diatas
perlu diketahui tentang pengertian indikator, kriteria, dan standar.
Indikator adalah petunjuk atau tolak
ukur, contoh : petunjuk indikator atau tolok ukur status kesehatan antara lain
adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi. Petunjuk atau
indikator ini (angka kematian ibu) dapat diukur. Jadi indikator adalah fenomena
yang dapat diukur.
Indikator mutu asuhan kesehatan atau
pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan dengan
struktur, proses, dan outcomes. Sebagai contoh, indikator struktur: Tenaga
kesehatan profesional (dokter, paramedis, dan sebagainya), Anggaran biaya yang
tersedia untuk operasional dan lain-lain, Perlengkapan dan peralatan kedokteran
termasuk obat-obatan, Metode berupa adanya standar operasional prosedur
masing-masing unit, dan sebagainya; indikator proses berupa memberikan petunjuk
tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh
oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya, Apakah telah sebagaimana
mestinya sesuai dengan prosedur, diagnosa, pengobatan, dan penanganan seperti
yang seharusnya sesuai standar; indikator outcomes merupakan indikator hasil
daripada keadaan sebelumnya, yaitu Input dan Proses seperti BOR, LOS, TOI, dan
Indikator klinis lain seperti: Angka Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48
jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi Perawatan , dan sebagainya.
Selanjutnya Indikator dispesifikasikan
dalam berbagai kriteria. Sebagai contoh: Indikator status gizi dapat lebih
dispesifikasikan lagi menjadi kriteria tinggi badan, berat badan anak. Untuk
pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung.
Setelah kriteria ditentukan dibuatlah
standar-standar yang eksak dan dapat dihitung kuantitatif, yang biasanya
mencakup hal-hal yang standar baik, misalnya: panjang badan bayi baru lahir
yang sehat rata-rata (standarnya) adalah 50 cm; berat badan bayi baru lahir
yang sehat standar adalah 3 kg.
Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi
pelayanan kesehatan dapat diukur dengan memperhatikan atau memantau dan menilai
indikator, kriteria, dan standar yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai
dengan aspek-aspek struktur, proses, dan outcome dari organisasi pelayanan
kesehatan tersebut.
Indikator mutu rumah sakit akan
mencerminkan mutu pelayanan dari rumah sakit tersebut. Fungsi dari penetapan
indikator tersebut antara lain sebagai alat untuk melaksanakan manajemen
kontrol dan alat untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan
kegiatan untuk masa yang akan datang. Jenis-jenis Indikator Mutu Pelayanan
Rumah Sakit:
Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri
dari:
1. Angka Pasien dengan Dekubitus;
2. Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus.
3. Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi
Darah.
4. Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis.
5. Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.
Indikator Pelayanan, yang terdiri dari
1.
Angka Infeksi Luka Operasi.
2.
Angka Komplikasi Pasca Bedah.
3.
Waktu tunggu sebelum operasi
effektif.
4.
Angka Appendik normal.
Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri
dari
1. Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan
Bukan Rujukan.
2. Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan
Bukan Rujukan.
3. Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan
bukan Rujukan.
4. Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus
Rujukan dan Bukan Rujukan.
Indikator Mutu Pelayanan Medis
1. Angka infeksi nosokomial
2. Angka kematian kasar (Gross Death Rate)
3. Kematian pasca bedah
4. Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR)
5. Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR)
6. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)
7. ADR (Anasthesia Death Rate)
8. PODR (Post Operation Death Rate)
9. POIR (Post Operative Infection Rate)
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur
tingkat efisiensi RS
·
Unit cost untuk rawat jalan
·
Indikator mutu yang berkaitan dengan
tingkat kepuasan pasien
·
Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya
Indikator cakupan pelayanan sebuah RS
terdiri dari
1. Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap
menurut jarak PS dengan asal pasien
2. Jumlah pelayanan dan tindakan medik
3. Jumlah tindakan pembedahan
4. Jumlah kunjungan SMF spesialis
5. Pemfaatan oleh masyarakat
6. Contact rate
7. Hospitalization rate
8. Out patient rate
9. Emergency out patient rate
Indikator mutu yang mengacu pada
keselamatan pasien
1.
Angka Kematian di IGD (IGD).
2.
Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis).
3.
Angka Infeksi RS.
4.
Reject Analisis (Radiologi).
5.
Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet
(Gizi).
6.
Angka Keterlambatan waktu pemberian
makan (Gizi).
7.
Angka Kesalahan Pembacaan Hasil
(laboratorium).
8.
Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi).
9.
Angka Kesalahan Pemberian Obat
(Farmasi).
10.
Angka Banyaknya Resep yang Tidak
Terlayani (Farmasi).
11.
Jumlah penderita yang mengalami
dekubitus
12.
Jumlah penderita yang jatuh dari tempat
tidur
1. BOR (Bed Occupancy Rate)
2. BTO (Bed Turn Over)
3. TOI (Turn Over Interval)
4. ALOS (Average Length of Stay)
5. Normal Tissue Removal Rate
1.
Surat pembaca di koran
2.
Surat kaleng
3.
Surat masuk dari kotak saran, dan
sebagainya
4.
Survei tingkat kepuasan pengguna
pelayanan kesehatan RS
1.
Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar
mandi
2.
Pasien diberi obat yang salah
3.
Tidak ada obat/alat emergensi
4.
Tidak ada oksigen
5.
Tidak ada alat penyedot lendir
6.
Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
7.
Pemakaian obat tidak sesuai standar
8.
Pemakaian air, listrik, gas, dan
sebagainya.
Mutu
pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitannya dengan manajemen RS (quality of services) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di
RS (quality
of care). Keduanya merupakan oucome dari
manajemen manjaga mutu di RS (quality assurance)
yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu RS. Dalam hal ini, gugus kendali mutu
dapat ditugaskan kepada komite medik RS karena mereka adalah staf fungsional
(nonstruktural) yang membantu direktur RS dengan melibatkan semua staf SMF RS.